Mencari Bahagia
MENCARI BAHAGIA
_(puisi kehidupan di senja usia)_
Dulu kupikir bahagia itu
sehat yang tak pernah surut,
uang yang tak pernah habis,
dan teman yang selalu ramai.
Namun waktu berjalan,
sehat pun menurun,
uang menipu dalam bayang harap,
dan teman—
satu per satu menghilang
dalam kabut kesibukan dan waktu.
Lalu aku berjalan,
menyisir usia senja
dan kutemukan:
bahagia ternyata tak pernah pergi.
Ia selalu ada,
di sekeliling kita—
menunggu disadari.
Bahagia itu
saat aku mensyukuri nafas hari ini,
saat kuatur pola makan dan hidup,
walau tak sesempurna teori.
Bahagia itu
ketika kulihat istriku,
ciptaan terbaik Tuhan
untuk menemani langkah-langkah yang tersisa.
Teman mungkin tinggal sedikit,
tapi mereka berisi,
dan membuatku merasa cukup.
Kini,
kuisi hari dengan hal berguna,
bukan sekadar mengisi waktu,
tapi mencari ridha-Nya.
Sebab setiap kesulitan
bukan hukuman,
melainkan panggilan
untuk naik kelas—
menjadi lebih dekat
pada Sang Maha Penyayang.
Dan rezeki…
bukan hanya uang.
Tapi istri yang setia,
sahabat yang tulus,
dan tubuh yang masih bisa bergerak
meski tak sekuat dulu.
Aku tak lagi mencari bahagia—
karena ternyata,
bahagia sudah lama menungguku.
---


Komentar