Untuk apa kecewa
*"Untuk Apa Kecewa?"*
Kadang hati lelah,
bukan karena kerja,
tapi karena luka yang tak terlihat mata.
Disalahpahami, dijauhi, serasa dikhianati
seolah kebaikan kita tak bermakna lagi.
Aku pun mundur,
diam dalam sepi,
makanan tak terasa, tidur pun enggan menghampiri.
Kupikir,
mungkin aku terlalu berharap
Kepada manusia yang sendiri pun sering tak mengerti diri
Tapi…
untuk apa kecewa?
Sepenting apa pengakuan mereka,
jika yang Maha Melihat tahu niat di dada?
Guru berkata,
"Jika kau diejek, tersenyumlah,
dosamu pindah pada mereka—Alhamdulillah."
Aku pun mulai paham,
bahwa ridho Allah-lah tujuan utama.
Bukan pujian dunia, itu hanyalah pelukan sesaat,
tapi pandangan kasih dari-Nya yang tak pernah terlambat.
Setiap langkah,
biarlah jadi ibadah—
bekerja, berbagi, mencintai,
semua dalam bingkai ridho Ilahi.
Dan di situ,
stress tak lagi punya tempat.
Yang ada hanya jiwa yang tenang,
karena yakin,
Allah tak pernah salah menilai hamba-Nya.


Komentar