Ultra processed food istilah yang salah kaprah
*istilah Ultra-Processed Food: Salah Kaprah yang Perlu Diluruskan*
Belakangan ini, istilah *Ultra-Processed Food* (UPF) menjadi sorotan dan bahkan dituduh sebagai “biang keladi” berbagai penyakit kronis. Tak jarang, produk-produk hasil teknologi pangan dicap tidak sehat hanya karena melalui proses industri. Sebagai seorang *food technologist*, penting untuk meluruskan kekeliruan ini.
Teknologi Pangan Ada untuk Kebaikan
Istilah ultra sudah tidak tepat karena kesannya berlebihan Padaha produk yang di Ao
UPF tidak diciptakan sembarangan. Di baliknya, ada riset, pengujian laboratorium, dan regulasi ketat dari BPOM, Codex Alimentarius, maupun FDA. Tujuan utama: meningkatkan keamanan pangan, memperpanjang umur simpan, menambahkan nilai gizi (fortifikasi), dan menjamin ketersediaan pangan secara luas.
Bukan Makanannya, Tapi Pola Konsumsinya*
Masalah bukan pada keberadaan UPF, melainkan konsumsi berlebihan tanpa keseimbangan gizi. Bahkan makanan segar pun bisa berdampak buruk jika dikonsumsi tidak bijak. Prinsip gizi seimbang dan moderasi tetap kunci.
Serangan Terhadap UPF = Serangan Terhadap Inovasi* Banyak produk yang membantu mengatasi stunting, defisiensi zat gizi, dan ketahanan pangan adalah UPF — seperti biskuit bergizi, MPASI fortifikasi, atau susu UHT. Menggeneralisasi UPF sebagai “berbahaya” sama dengan menutup pintu inovasi dan solusi pangan global.
Food Technologist Bekerja dengan Etika dan Ilmu*
Kami tidak merancang makanan untuk mencelakakan konsumen. Kami bekerja berdasarkan data ilmiah, standar keamanan, dan etika profesi. Justru kami menjadi garda terdepan dalam memastikan pangan yang aman, sehat, dan berkualitas.
*Penutup*
Daripada menyalahkan kategori makanan secara sepihak, mari fokus pada edukasi pola makan sehat, membaca label dengan cermat, dan memperkuat literasi pangan masyarakat. UPF bukan musuh—ketidaktahuanlah yang berbahaya.


Komentar